Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 27 Juni 2014



Teori belajar behavioristik
1. Latar Belakang
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Dalam contoh di atas, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa, sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Dalam teori ini tingkah laku dalam belajar akan berubah apabila ada stimulus dan respons. Stimulus dapat berupa perlakuan yang diberikan kepada siswa, sedangkan respons berupa tingkah laku yang terjadi pada siswa.
 Menurut teori behaviorisme, apa yang terjadi diantara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh karena itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

2. Tujuan Penulisan
            1.) Dapat mengaplikasikan fluida statis dalam kehidupan sehari-hari
            2.) Dapat menciptakan alat yang berhubungan dengan fluida statis
            3.) Dapat mempraktikan fluida statis dalam belajar
3.  Landasan Teori
Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah  belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
Tokoh aliran behaviorisme diantaranya adalah Ivan Petrovich Pavlov, Thorndike, Waston, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner.
1.          Ivan Petrovich Pavlov

Ivan petrovich Pavlov. Form:google
Ivan Petrovich Pavlo atau lebih dikenal dengan nama singkat Pavlov, adalah seorang lulusan sekolah kependetaan dan melanjutkan belajar ilmu kedokteran di Militery Medical Acadeny, St. Petersburg. Pada tahun 1879, ia mendapatkan gelar ahli ilmu pengetahuan alam.
Ivan Pavlov melakukan eksperimen terhadap anjing, Pavlov melihat selama penelitian ada perubahan dalam waktu dan rata-rata keluarnya air liur pada anjing (salivation).
Impilkasi hasil eksperimen tersebut pada belajar manusia adalah:
-            Belajar adalah membentuk asosiasi antara stimulus respon secara  
selektif.
-            Proses belajar akan berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat.
-            Prinsip belajar pada dasarnya merupakan untaian stimulus-
respon.
-            Menyangkal adanya kemampuan bawaan.
-            Adanya clasical conditioning.
Eksperimen Pavlov tersebut kemudian dikembangkan oleh pengikutnya yaitu BF. Skinner (1933) dan hasilnya dipublikasikan dengan judul Behavior Organism. Prinsip-prinsip kondisioning klasik ini dapat diterapkan di dalam kelas. Woolfolk dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007), menyatakan sebagai berikut:
1.Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas belajar, misalnya menekankan kepada kerja sama, dan kompitisi antar kelompok individu.
2.Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang mencemaskan atau menekan, misalnya: mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkan siswa lain cara memahami materi pelajaran.
3.Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-situasi sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara tepat.
2.         Edward LeeThorndike

Edward lee thorndike. From: google
Edward Lee Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog berkebangsaan Amerika. Edward awalnya melakukan penelitian tentang prilaku binatang sebelum tertarik pada psikologi manusia. dan pertama kali mengadakan eksperimen hubungan stimulus dan respon dengan hewan kucing melalui prosedur yang sistematis.
Thorndike menyatakan bahwa prilaku belajar manusia ditentukan oleh stimulus yang ada di lingkungan sehingga menimbulkan respon secara refleks. Stimulus yang terjadi setelah sebuah prilaku terjadi akan mempengaruhi prilaku selanjutnya. Dari eksperimen ini Thorndike telah mengembangkan hukum Law Effect. Ini berarti jika sebuah tindakan diikuti oleh sebuah perubahan yang memuskan dalam lingkungan, maka kemungkinan tindakan itu akan diulang kembali akan semakin meningkat.
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan dan tindakan. Dari definisi belajar tersebut maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat brwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau yang tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati.

2.          Burrhus Frederic Skinner

Burrhus Frederic skinner. From: google
Skinner dilahirkan pada 20 Mei 1904 di Susquehanna Pennylvania, Amerika Serikat. Masa kanak-kanaknya dilalui dengan kehidupan yang penuh dengan kehangatan namun, cukup ketat dan disiplin.meraih sarjana muda di Hamilton Colladge, New York, dalam bidang sastra Inggris. Pada tahun 1928, Skinner mulai memasuki kuliah psikologi di Universitas Harvard dengan mengkhususkan diri pada bidang tingkah laku hewan dan meraih doktor pada tahun 1931.
Dari tahun 1931 hingga1936, Skinner bekerja di Harvard. Penelitian yang dilakukannya difokuskan pada penelitian menegenai sistem syaraf hewan. Pada tahun 1936 sampai 1945, Skinner meneliti karirnya sebagai tenaga pengajar  pada universitas Mingoesta. Dalam karirnya Skinner menunjukkan produktivitasnya yang tinggi sehingga ia dikukuhkan sebagai pemimpin Brhaviorisme yang terkemuka di Amerika Serikat.
Menurut skinner – berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan burung merpati – unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan ( penguatan positif dan penguatan negatif).
Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Sedangkan bentuk penguatan negatif adalah antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak senang.
3.          Edwin Ray Guthrie

Edwin ray Guthrie. Form: google
Edwin Ray Guthrie adalah seorang penemu teori kontinguiti yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama.
Teori guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stumulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa  hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
4.          Jhon Broadus Waston

Jhon broadus waston. Form: google
Waston adalah seorang tokoh aliran behaviorisme  yang datang setelah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respo yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting. Namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati.
5.          Clark Hull





Clark hull. From: google
Hull berpendirian bahwa tinkah laku itu berfungsi menjaga agar organisasi tetap bertahan hidup. Konsep sentral dalam teorinya berkisar pada kebutuhan biologis dan pemuas kebutuhan, hal yang penting bagi kelangsungan hidup. Oleh Hull, kebutuhan ddikonsepkan sebagai dorongan (drive) seperti lapar, haus, tidur, hilangnya rasa nyeri, dan sebagainya. Stimulus yang disebut stimulus dorongan dikaitkan dengan dorongan primer dan karena itu mendorong timbulnya tigkah laku. Sebagai contoh, stimulus yang dikaitkan dengan rasa nyeri, seperti bunyi alat pengebor gigi, dapat menimbulkan rasa takut, dan takut itu mendorong timbulnya tingkah laku.


4. Analisis Teori
Analisis Tentang Teori Behavioristik Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang memengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.
Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara; Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama; Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya. Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons. Dari analisa diatas, dapat diaplikasikan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai berikut:


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan      : SMA N 85 Jakarta Barat
Mata Pelajaran            : FISIKA
Materi Pokok              : Fluida
Kelas / Semester          : XI IPA / 2
Waktu Pertemuan       : 3 X 60 Menit
Jumlah Pertemuan       : 1 (satu)

Standar Kompetensi : Siswa diharapkan mampu mengetahui dan membedakan fluida statis dan kinetis dalam proses belajar dan mengajar.

Kompetensi Dasar     : Menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statis
                                      dan kinetis serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
                                                I. Indikator                :
1. Kognitif
           1.2 Memberikan contoh tekanan
           1.4 Membuktikan tekanan hidrostatis, Hukum Pascal, dan Hukum Archimedes
      2. Psikomotorik                                    
     2.1  Mempraktikan hukum utama hidrostatis, hukum Pascal, dan  Hukum Archimedes
      2.2 Mempersiapkan diri dalam mempraktikan hukum hidrostatis, hokum Pascal, dan hokum       
           Archimedes
2.3 Menanggapi rumusan masalah hukum utama hidrostatis, hukum Pascal, dan  Hukum  
     Archimedes
3. Afektif
     3.1 Merumuskan masalah hukum utama hidrostatis, hukum Pascal, dan  Hukum Archimedes
     3.2 Menghubungkan persamaan antara hukum utama hidrostatis, hukum Pascal, dan  Hukum     
           Archimedes
     3.3 Membandingkan hukum utama hidrostatis, hukum Pascal, dan  Hukum Archimedes
4. Konsep diri dan emosi
4.1 Percaya diri dalam memberikan hukum utama hidrostatis, hukum pascal, dan hukum archimedes
4.2 Berani menberikan contoh dari penalaran panca indra
4.3 Mengendalikan pikiran
5. Transfer belajar, lupa, jenuh, dan kesulitan belajar
5.1 Memberikan pekerjaan rumah
5.2 Menjawab kuisioner
6. Teori Bakat Multiple Intelegent
6.1 Menciptakan alat
II. Tujuan Pembelajaran
1.    Kognitif
teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”. Teori ini terkait oleh teori yang dikembangkan oleh edward lee thorndike yang menyatakan bahwa perilaku belajar manusia ditentukan oleh stimulus yang ada di lingkungan sehingga menimbulkan respon secara refleks.
Penerapannya pada pelajaran fisika, yaitu guru mengajak anak keluar kelas untuk melakukan observasi tentang penerapan fluida yang ada di lingkungan. Kemudian berilah mereka kesempatan untuk menalar tentang apa yang dilihatnya, kemudian aspirasikan pendapat dari siswa ke guru. Karna dengan ini guru dapat mengamati tingkah laku siswanya.
Siswa dapat :
1.2    Memberikan contoh tekanan berdasarkan apa yang ada di lingkungan
1.4    Membuktikan  tekanan hidrostatik berdasarkan apa yang terjadi di lingkungan
1.6    Memberikan contoh hukum Pascal dalam kehidupan sehari-hari.
                                         1.8    Memberikan contoh hukum Archimedes dalam kehidupan sehari-hari
      2.     Afektif
afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. pembelajaran afektif berbeda dengan pembelajaran intelektual dan keterampilan, karena segi afektif sangat bersifat subjektif, lebih mudah berubah, dan tidak ada materi khusus yang harus dipelajari. Hal-hal diatas menuntut penggunaan metode mengajar dan evaluasi hasil belajar yang berbeda dari mengajar segi kognitif dan keterampilan. Hal ini terkait oleh teori Jhon Broadus waston, yang menyatakan belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur.
Penerapannya dalam pelajaran fisika, yaitu guru dapat memberikan video atau tayangan mengenai suatu lingkunagn misalkan film sebuah kapal selam, kemudian siswa ditanya mengenai keterkaitan apa yang terjadi dari tayangan tersebut dengan fluida statis. Ini akan membantu psikis siswa yang berlangsung dalam interaksi tak langsung meningkatkan respon belajarnya.
Siswa dapat :
     2.1 Menunjukkan kemampuan dalam penelitian
     2.2 Mengikuti proses belajar mengajar dengan penelitian langsung
     2.3 Mengusulkan pendapat kepada guru secara objektif

      3.    Psikomotorik
                  psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Hal ini terkait oleh teori clark hull yang menyatakan stimulus yang disebut stimulus dorongan dikaitkan dengan dorongan primer dan karena itu mendorong timbulnya tigkah laku.
                  Penerapannya dalam pelajaran fisika, yaitu guru memperagakan suatu konsep dengan menggunakan alat bantu, kemudian guru menyerukan murid menebak hukum apa yang dilakukan oleh guru tersebut. Hal ini membantu psikis siswa agar berkembang.
Siswa dapat :
3.1 Mempraktikan hukum utama hidrstatis, hukum Pascal, dan  hukum Archimedes dalam kehidupan dan tingkah laku sehari-hari.

4. Konsep diri dan emosi
Konsep diri yaitu gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang diperoleh interaksi dari lingkungan. Teori ini terkait oleh teori yang dikembangkan oleh edward lee thorndike yang menyatakan bahwa prilaku belajar manusia ditentukan oleh stimulus yang ada di lingkungan sehingga menimbulkan respon secara refleks.
Penerapannya dalam pelajaran fisika, yaitu guru dapat mengajak murid nya belajar di luar kelas dalam menentukan apa saja yang terkait dengan fluida dan hukum-hukumnya, agar terjadinya interaksi murid dengan alam.
4.1 Dapat percaya diri dalam memberikan penjelasan menurutnya tentang hukum utama hidrostatis, hukum pascal, dan hukum archimedes.
4.2 Dapat memberikan contoh dari penalaran panca indra yang di tanggap.
4.3 Dapat mengendalikan pikiran saat membedakan satu-sama lain.
5. Cara mengatasi lupa, jenuh, dan kesulitan belajar
 kesulitan belajar adalah gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh kesenjangan signifikan antara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. hal ini terkait oleh teori skinner yang menyatakan belajar adalah penguat, yaitu penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan ( penguatan positif dan penguatan negatif). Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan.
Penerapannya dalam pelajaran fisika, yaitu guru dapat memberikan pekerjaan rumah fluida statis, kemudian membuat kuesioner kepada murid tentang pekerjaan rumah yang telah diberikan dengan peragaan atau alat bantu, agar lebih berkesan. Sehingga murid mampu mengingat tentang fluida statis.
Siswa dapat:
5.1 Memberikan pekerjaan rumah
5.2 Menjawab kuisioner
6. Teori Bakat Multiple Intelegent
Bakat khusus adalah kemampuan berupa potensi khusus dan jika memperoleh kesempatan berkembang dengan baik, akan muncul sebagai kemampuan khusus dalam bidan tertentu sesuai potensinya. hal ini terkait oleh teori skinner yang menyatakan belajar adalah penguat, yaitu penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan ( penguatan positif dan penguatan negatif). Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan.
Penerapannya dalam pelajaran fisika, yaitu guru memberikan tugas kepada murid tentang alat rumah tangga yang tidak menggunakan listrik dan baterai, misalkan fluida dengan alat penyiraman halaman. Kemudia siswa dibebaskan ingin seperti apa membuat alat tersebut. Kemudian jika hasil karyanya bagus akan mendapat hadiah. Jika tidak siswa akan di bimbing oleh guru.

Siswa dapat:
6.1 Menciptakan alat yang berkaitan denga fluida, dan hukum-hukumnya.

III. Materi Ajar
 1. Tekanan Hidrostatik
 2. Hukum Pascal
 3. Hukum Archimedes
                                 
IV. Metode Pembelajaran                           
       1.      Metode : Eksperimen

V. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran  
Pertemuan 1
No
Kegiatan
Tahapan
1
Kegiatan Awal
·         -Guru meminta siswa untuk duduk teratur
·         -Guru memberikan pengetahuan awal tentang fluida
·         -Dengan mengunakan sebuah gelas yang berisi air, kemudian gelas tersebut dimasukkan beban/batu, sehingga air didalam gelas menjadi tumpah. Mengapa terjadi hal yang demikian ?
Penyajian fenomena






2.
Kegiatan inti
·         -Siswa bertanya berdasarkan suatu fenomena terkait peragaan yang dilakukan dengan mengkaitkan bunyi hukum hidrostatik.
·         -Guru mengajukan beberapa pertanyaan terkait peragaan yang dilakukan.
-                  1. Sebuah gelas yang telah berisi air, kemudian gelas      
                tersebut dimasukkan beberapa beban, batu, kayu,  
                dan steroform. Apa yang akan terjadi?
c.                 2. Dari jawaban beberapa orang siswa kemudian  
                guru meminta siswa untuk menjelaskan mengenai  
                hukum Archimedes.
·         -Guru membagikan lembar kerja kepada siswa
·         -Siswa melakukan eksperimen untuk mengambil data setelah merumuskan masalah dan membuat  hipotesis.
·         -Dalam proses mengambil data, guru membimbing siswa merumuskan hasil eksperimen
·         -Setelah peroses pengambilan data selesai, siswa menentukan jawaban berdasarkan eksperimen.
·         -Dari hasil tersebut siswa memberikan kesimpulan tentang hukum Archimedes.

·         Merumuskan masalah




·         Tanya jawab




·         Melakukan Kegiatan
·         Membuat hipotesis
·         Merencanakan Kegiatan
·         Mengumpulkan data
·         Kesimpulan
3.
Kegiatan Akhir
1.       -Guru membimbing siswa membuat rangkuman materi yang telah dipelajari
·         -Guru menegaskan konsep yang benar
·         -Guru memberikan tugas rumah

·         Pemantapan
REFRENSI:
  • C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2005)
  • Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable.
Jakarta: Depdikbud
·         M. Sukarjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2012)

·         Mark K. Smith, dkk, Teori Pembelajaran dan Pengajaran,(Jogjakarta:
Mirza Media Pustaka,2010),hlm.75
  • Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth
Edition. Boston: Allyn and Bacon
  • Rofiah. (2010, mei 29). Wordpress. Retrieved juni 27, 2014, from
orthevie.wordpress: http://orthevie.wordpress.com/2010/05/29/teori-perkembangan-moral-menurut-kohlberg/