Teori belajar
behavioristik
1. Latar Belakang
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang
berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Dalam
contoh di atas, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa
misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu,
untuk membantu belajar siswa, sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan
siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Dalam teori ini
tingkah laku dalam belajar akan berubah apabila ada stimulus dan respons.
Stimulus dapat berupa perlakuan yang diberikan kepada siswa, sedangkan respons
berupa tingkah laku yang terjadi pada siswa.
Menurut teori behaviorisme, apa
yang terjadi diantara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan
karena tidak dapat diamati dan dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati
hanyalah stimulus dan respons. Oleh karena itu, apa saja yang diberikan guru
(stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus dapat
diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah
laku tersebut.
2. Tujuan Penulisan
1.) Dapat
mengaplikasikan fluida statis dalam kehidupan sehari-hari
2.) Dapat
menciptakan alat yang berhubungan dengan fluida statis
3.) Dapat
mempraktikan fluida statis dalam belajar
3. Landasan Teori
Menurut teori
behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubahan tingkah lakunya.
Tokoh aliran behaviorisme diantaranya adalah Ivan Petrovich Pavlov,
Thorndike, Waston, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner.
1.
Ivan Petrovich Pavlov
![]() |
Ivan petrovich Pavlov. Form:google |
Ivan Petrovich Pavlo
atau lebih dikenal dengan nama singkat Pavlov, adalah seorang lulusan sekolah
kependetaan dan melanjutkan belajar ilmu kedokteran di Militery Medical
Acadeny, St. Petersburg. Pada tahun 1879, ia mendapatkan gelar ahli ilmu
pengetahuan alam.
Ivan Pavlov melakukan
eksperimen terhadap anjing, Pavlov melihat selama penelitian ada perubahan
dalam waktu dan rata-rata keluarnya air liur pada anjing (salivation).
Impilkasi hasil
eksperimen tersebut pada belajar manusia adalah:
-
Belajar adalah membentuk asosiasi antara stimulus respon secara
selektif.
-
Proses belajar akan berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat.
-
Prinsip belajar pada dasarnya merupakan untaian stimulus-
respon.
-
Menyangkal adanya kemampuan bawaan.
-
Adanya clasical conditioning.
Eksperimen Pavlov
tersebut kemudian dikembangkan oleh pengikutnya yaitu BF. Skinner (1933) dan
hasilnya dipublikasikan dengan judul Behavior Organism. Prinsip-prinsip
kondisioning klasik ini dapat diterapkan di dalam kelas. Woolfolk dalam
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007), menyatakan sebagai berikut:
1.Memberikan suasana yang
menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas belajar, misalnya menekankan kepada
kerja sama, dan kompitisi antar kelompok individu.
2.Membantu siswa
mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang mencemaskan atau
menekan, misalnya: mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkan siswa lain
cara memahami materi pelajaran.
3.Membantu siswa untuk
mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-situasi sehingga mereka dapat
membedakan dan menggeneralisasikan secara tepat.
2.
Edward LeeThorndike
![]() |
Edward lee thorndike. From: google |
Edward Lee Thorndike
adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog berkebangsaan Amerika. Edward
awalnya melakukan penelitian tentang prilaku binatang sebelum tertarik pada
psikologi manusia. dan pertama kali mengadakan eksperimen hubungan stimulus dan
respon dengan hewan kucing melalui prosedur yang sistematis.
Thorndike menyatakan
bahwa prilaku belajar manusia ditentukan oleh stimulus yang ada di lingkungan
sehingga menimbulkan respon secara refleks. Stimulus yang terjadi setelah
sebuah prilaku terjadi akan mempengaruhi prilaku selanjutnya. Dari eksperimen
ini Thorndike telah mengembangkan hukum Law Effect. Ini berarti jika
sebuah tindakan diikuti oleh sebuah perubahan yang memuskan dalam lingkungan,
maka kemungkinan tindakan itu akan diulang kembali akan semakin meningkat.
Menurut Thorndike,
belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa
saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan
respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga
dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan dan tindakan. Dari definisi
belajar tersebut maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari
kegiatan belajar itu dapat brwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau yang
tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
2.
Burrhus Frederic
Skinner
![]() |
Burrhus Frederic skinner. From: google |
Skinner dilahirkan pada
20 Mei 1904 di Susquehanna Pennylvania, Amerika Serikat. Masa kanak-kanaknya
dilalui dengan kehidupan yang penuh dengan kehangatan namun, cukup ketat dan
disiplin.meraih sarjana muda di Hamilton Colladge, New York, dalam bidang sastra
Inggris. Pada tahun 1928, Skinner mulai memasuki kuliah psikologi di
Universitas Harvard dengan mengkhususkan diri pada bidang tingkah laku hewan
dan meraih doktor pada tahun 1931.
Dari tahun 1931
hingga1936, Skinner bekerja di Harvard. Penelitian yang dilakukannya difokuskan
pada penelitian menegenai sistem syaraf hewan. Pada tahun 1936 sampai 1945,
Skinner meneliti karirnya sebagai tenaga pengajar pada universitas
Mingoesta. Dalam karirnya Skinner menunjukkan produktivitasnya yang tinggi
sehingga ia dikukuhkan sebagai pemimpin Brhaviorisme yang terkemuka di Amerika
Serikat.
Menurut skinner –
berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan burung merpati – unsur terpenting
dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah penguatan yang terbentuk
melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan (
penguatan positif dan penguatan negatif).
Bentuk penguatan
positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Sedangkan bentuk penguatan
negatif adalah antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan
tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak senang.
3.
Edwin Ray Guthrie
![]() |
Edwin ray Guthrie. Form: google |
Edwin Ray Guthrie
adalah seorang penemu teori kontinguiti yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung
akan diikuti oleh gerakan yang sama.
Teori guthrie ini
mengatakan bahwa hubungan stimulus dan respon bersifat sementara, oleh
karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering mungkin diberi
stimulus agar hubungan stumulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap.
Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting
dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu
mengubah tingkah laku seseorang.
4.
Jhon Broadus Waston
![]() |
Jhon broadus waston. Form: google |
Waston adalah seorang
tokoh aliran behaviorisme yang datang setelah Thorndike. Menurutnya,
belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan
respo yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel)
dan dapat diukur. Dengan kata lain, walupun ia mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia
menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia
tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting.
Namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau
belum karena tidak dapat diamati.
5.
Clark Hull
![]() |
Hull berpendirian bahwa
tinkah laku itu berfungsi menjaga agar organisasi tetap bertahan hidup. Konsep
sentral dalam teorinya berkisar pada kebutuhan biologis dan pemuas kebutuhan,
hal yang penting bagi kelangsungan hidup. Oleh Hull, kebutuhan ddikonsepkan
sebagai dorongan (drive) seperti lapar, haus, tidur, hilangnya rasa
nyeri, dan sebagainya. Stimulus yang disebut stimulus dorongan dikaitkan dengan
dorongan primer dan karena itu mendorong timbulnya tigkah laku. Sebagai contoh,
stimulus yang dikaitkan dengan rasa nyeri, seperti bunyi alat pengebor gigi,
dapat menimbulkan rasa takut, dan takut itu mendorong timbulnya tingkah laku.
4. Analisis Teori
Analisis Tentang Teori Behavioristik
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan
tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk
merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan
kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi
pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan
tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang
sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).
Pandangan teori behavioristik telah
cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori
Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik.
Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram,
modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan
stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement),
merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan
Skiner.
Teori behavioristik banyak dikritik
karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab
banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar
yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak
mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan
stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang
dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka
memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan
mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif
sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih
tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya
mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak
memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan
unsur-unsur yang diamati tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung
mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak
produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau
shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak
faktor yang memengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar
pembentukan atau shaping.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung
teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam
kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif
(negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan
berimajinasi.
Menurut Guthrie hukuman memegang
peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner
tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
Pengaruh hukuman terhadap perubahan
tingkah laku sangat bersifat sementara; Dampak psikologis yang buruk mungkin
akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung
lama; Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun
salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat
mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk
daripada kesalahan yang diperbuatnya. Skinner lebih percaya kepada apa yang
disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman.
Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus)
agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat
negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi
semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan
kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman
harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia
melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini
mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut
penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif
(positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun
bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah
mengurangi agar memperkuat respons. Dari analisa diatas, dapat diaplikasikan ke dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai berikut:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan
: SMA N 85 Jakarta Barat
Mata Pelajaran : FISIKA
Materi Pokok :
Fluida
Kelas / Semester
: XI IPA / 2
Waktu
Pertemuan : 3 X 60 Menit
Jumlah
Pertemuan : 1 (satu)
Standar
Kompetensi : Siswa diharapkan mampu mengetahui dan membedakan
fluida statis dan kinetis dalam proses belajar dan mengajar.
Kompetensi Dasar : Menganalisis
hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statis
dan kinetis serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
dan kinetis serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
I.
Indikator
:
1. Kognitif
1.2 Memberikan contoh tekanan
1.4 Membuktikan tekanan
hidrostatis, Hukum Pascal, dan Hukum Archimedes
2. Psikomotorik
2.1
Mempraktikan hukum utama hidrostatis, hukum Pascal, dan Hukum Archimedes
2.2 Mempersiapkan diri dalam mempraktikan hukum
hidrostatis, hokum Pascal, dan hokum
Archimedes
2.3
Menanggapi rumusan masalah hukum utama hidrostatis, hukum Pascal, dan Hukum
Archimedes
3. Afektif
3.1 Merumuskan masalah hukum utama hidrostatis, hukum
Pascal, dan Hukum Archimedes
3.2 Menghubungkan persamaan
antara hukum utama
hidrostatis, hukum
Pascal, dan Hukum
Archimedes
3.3 Membandingkan hukum utama hidrostatis, hukum
Pascal, dan Hukum Archimedes
4. Konsep diri dan emosi
4.1
Percaya diri dalam memberikan hukum utama hidrostatis, hukum pascal, dan hukum
archimedes
4.2 Berani
menberikan contoh dari penalaran panca indra
4.3
Mengendalikan pikiran
5. Transfer belajar, lupa, jenuh,
dan kesulitan belajar
5.1
Memberikan pekerjaan rumah
5.2
Menjawab kuisioner
6. Teori Bakat Multiple Intelegent
6.1
Menciptakan alat
II. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
teori
belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996:
53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu
bersifat secara relatif dan berbekas”. Teori ini terkait oleh teori yang
dikembangkan oleh edward lee thorndike yang
menyatakan bahwa perilaku belajar manusia ditentukan oleh stimulus yang ada di
lingkungan sehingga menimbulkan respon secara refleks.
Penerapannya pada
pelajaran fisika, yaitu guru mengajak anak keluar kelas untuk melakukan
observasi tentang penerapan fluida yang ada di lingkungan. Kemudian berilah
mereka kesempatan untuk menalar tentang apa yang dilihatnya, kemudian
aspirasikan pendapat dari siswa ke guru. Karna dengan ini guru dapat mengamati
tingkah laku siswanya.
Siswa dapat :
1.2 Memberikan contoh tekanan berdasarkan apa yang ada di
lingkungan
1.4 Membuktikan tekanan
hidrostatik
berdasarkan apa yang terjadi di lingkungan
1.6 Memberikan
contoh hukum Pascal dalam kehidupan sehari-hari.
1.8
Memberikan
contoh hukum Archimedes dalam kehidupan sehari-hari
2.
Afektif
afektif
yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat,
sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. pembelajaran afektif berbeda
dengan pembelajaran intelektual dan keterampilan, karena segi afektif sangat
bersifat subjektif, lebih mudah berubah, dan tidak ada materi khusus yang harus
dipelajari. Hal-hal diatas menuntut penggunaan metode mengajar dan evaluasi
hasil belajar yang berbeda dari mengajar segi kognitif dan keterampilan. Hal
ini terkait oleh teori Jhon Broadus waston, yang menyatakan belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat
diamati (observabel) dan dapat diukur.
Penerapannya dalam
pelajaran fisika, yaitu guru dapat memberikan video atau tayangan mengenai suatu
lingkunagn misalkan film sebuah kapal selam, kemudian siswa ditanya mengenai
keterkaitan apa yang terjadi dari tayangan tersebut dengan fluida statis. Ini
akan membantu psikis siswa yang berlangsung dalam interaksi tak langsung
meningkatkan respon belajarnya.
Siswa dapat :
2.1 Menunjukkan kemampuan dalam penelitian
2.2 Mengikuti proses belajar mengajar dengan penelitian langsung
2.3
Mengusulkan pendapat kepada guru secara objektif
3. Psikomotorik
psikomotor yaitu kawasan yang
berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf
dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Hal ini terkait oleh teori clark hull yang menyatakan stimulus yang
disebut stimulus dorongan dikaitkan dengan dorongan primer dan karena itu
mendorong timbulnya tigkah laku.
Penerapannya dalam pelajaran fisika, yaitu guru
memperagakan suatu konsep dengan menggunakan alat bantu, kemudian guru
menyerukan murid menebak hukum apa yang dilakukan oleh guru tersebut. Hal ini
membantu psikis siswa agar berkembang.
Siswa
dapat :
3.1 Mempraktikan hukum utama
hidrstatis, hukum Pascal, dan hukum Archimedes dalam kehidupan dan tingkah laku sehari-hari.
4. Konsep diri dan emosi
Konsep
diri yaitu gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang diperoleh
interaksi dari lingkungan. Teori ini terkait oleh teori yang dikembangkan oleh
edward lee thorndike yang menyatakan bahwa prilaku belajar
manusia ditentukan oleh stimulus yang ada di lingkungan sehingga menimbulkan
respon secara refleks.
Penerapannya dalam
pelajaran fisika, yaitu guru dapat mengajak murid nya belajar di luar kelas
dalam menentukan apa saja yang terkait dengan fluida dan hukum-hukumnya, agar
terjadinya interaksi murid dengan alam.
4.1 Dapat
percaya diri dalam memberikan penjelasan menurutnya tentang hukum utama
hidrostatis, hukum pascal, dan hukum archimedes.
4.2 Dapat
memberikan contoh dari penalaran panca indra yang di tanggap.
4.3 Dapat
mengendalikan pikiran saat membedakan satu-sama lain.
5. Cara mengatasi lupa, jenuh, dan
kesulitan belajar
kesulitan belajar adalah gangguan belajar pada anak dan
remaja yang ditandai oleh kesenjangan signifikan antara taraf intelegensi dan
kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. hal ini terkait oleh teori skinner
yang menyatakan belajar adalah penguat, yaitu penguatan yang
terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi
penguatan ( penguatan positif dan penguatan negatif). Bentuk penguatan
positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan.
Penerapannya
dalam pelajaran fisika, yaitu guru dapat memberikan pekerjaan rumah fluida
statis, kemudian membuat kuesioner kepada murid tentang pekerjaan rumah yang
telah diberikan dengan peragaan atau alat bantu, agar lebih berkesan. Sehingga
murid mampu mengingat tentang fluida statis.
Siswa
dapat:
5.1
Memberikan pekerjaan rumah
5.2
Menjawab kuisioner
6. Teori Bakat Multiple Intelegent
Bakat khusus adalah kemampuan berupa
potensi khusus dan jika memperoleh kesempatan berkembang dengan baik, akan muncul
sebagai kemampuan khusus dalam bidan tertentu sesuai potensinya. hal ini
terkait oleh teori skinner yang menyatakan belajar adalah penguat, yaitu penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin
kuat bila diberi penguatan ( penguatan positif dan penguatan negatif). Bentuk penguatan
positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan.
Penerapannya dalam pelajaran fisika, yaitu guru memberikan tugas kepada
murid tentang alat rumah tangga yang tidak menggunakan listrik dan baterai, misalkan
fluida dengan alat penyiraman halaman. Kemudia siswa dibebaskan ingin seperti
apa membuat alat tersebut. Kemudian jika hasil karyanya bagus akan mendapat
hadiah. Jika tidak siswa akan di bimbing oleh guru.
Siswa dapat:
6.1 Menciptakan alat yang berkaitan denga fluida, dan
hukum-hukumnya.
III. Materi Ajar
1. Tekanan
Hidrostatik
2. Hukum Pascal
3. Hukum Archimedes
IV. Metode
Pembelajaran
1.
Metode : Eksperimen
V. Langkah-langkah Kegiatan
Pembelajaran
Pertemuan 1
No
|
Kegiatan
|
Tahapan
|
1
|
Kegiatan Awal
· -Guru meminta
siswa untuk duduk teratur
· -Guru
memberikan pengetahuan awal tentang fluida
· -Dengan mengunakan sebuah gelas
yang berisi air, kemudian gelas tersebut dimasukkan beban/batu, sehingga air
didalam gelas menjadi tumpah. Mengapa terjadi hal yang demikian ?
|
Penyajian fenomena
|
2.
|
Kegiatan inti
· -Siswa bertanya berdasarkan
suatu fenomena terkait peragaan yang dilakukan dengan mengkaitkan bunyi hukum
hidrostatik.
· -Guru
mengajukan beberapa pertanyaan terkait peragaan yang dilakukan.
-
1. Sebuah gelas yang telah berisi air,
kemudian gelas
tersebut dimasukkan beberapa beban, batu, kayu,
dan steroform. Apa yang akan terjadi?
c.
2. Dari jawaban
beberapa orang siswa kemudian
guru meminta siswa untuk menjelaskan mengenai
hukum Archimedes.
· -Guru
membagikan lembar kerja kepada siswa
· -Siswa
melakukan eksperimen untuk mengambil data setelah merumuskan masalah dan membuat hipotesis.
· -Dalam proses
mengambil data, guru membimbing siswa merumuskan hasil eksperimen
· -Setelah
peroses pengambilan data selesai, siswa menentukan jawaban berdasarkan
eksperimen.
· -Dari hasil
tersebut siswa memberikan kesimpulan tentang hukum Archimedes.
|
· Merumuskan
masalah
· Tanya jawab
· Melakukan Kegiatan
· Membuat hipotesis
· Merencanakan
Kegiatan
· Mengumpulkan
data
· Kesimpulan
|
3.
|
Kegiatan Akhir
1. -Guru membimbing siswa membuat rangkuman
materi yang telah dipelajari
· -Guru
menegaskan konsep yang benar
· -Guru
memberikan tugas rumah
|
· Pemantapan
|
REFRENSI:
- C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka
Cipta,
2005)
- Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable.
Jakarta: Depdikbud
·
M. Sukarjo dan Ukim Komarudin, Landasan
Pendidikan (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2012)
·
Mark K. Smith, dkk, Teori
Pembelajaran dan Pengajaran,(Jogjakarta:
Mirza Media Pustaka,2010),hlm.75
- Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth
Edition. Boston: Allyn and Bacon
- Rofiah. (2010, mei 29). Wordpress. Retrieved juni 27, 2014, from
orthevie.wordpress:
http://orthevie.wordpress.com/2010/05/29/teori-perkembangan-moral-menurut-kohlberg/